Post Page Advertisement [Top]

ArtikelHumasKesiswaanpendidikan

SISWA MADRASAH YAPIS AL-OESMANIYYAH: ZAHRA AJMALIYAH MENULIS MAKALAH EKONOMI LITERASI LUAR BIASA

 

 

Tanjung Priok, 24 September 2021

“Tantangan Indonesia dalam menghadapi Cashless Society Menuju Era 5.0”

Di dunia yang serba cepat ini, menjadi fakta yang tak terbantahkan bahwa dunia kita akan mengalami dimana Masyarakat tanpa uang tunai yang berarti melakukan semua transaksi secara elektronik dengan menggunakan berbagai metode daripada menggunakan uang kertas atau koin, dll. Banyak orang percaya, bahwa cashless society memiliki berbagai aspek positif, sementara yang lain berpendapat hal itu mengarah pada beberapa eksternalitas negatif. Saya juga yakin bahwa cashless society memiliki banyak manfaat juga dengan beberapa kerugian. Disini saya akan menguraikan pandangan saya dalam paragraf yang akan mengarah pada kesimpulan Tantangan Indonesia dalam menghadapi Cashless Society Menuju Era 5.0.


Tidak seperti uang tunai, penggunaan uang digital meninggalkan jejak yang bisa anda ikuti. Ini berarti lebih sedikit peluang bagi penjahat yang selalu menyukai pembayaran tunai. Selain itu, berbagai praktik illegal seperti penggelapan pajak dan pendanaan teroris menjadi sulit.


Semua pengguna aplikasi perbankan tahu bahwa mengelola uang virtual jauh lebih mudah daripada dengan uang tunai. Kita juga tidak perlu repot menyimpan catatan semua transaksi dan mengategorikan pengeluarannya karna sudah tercatat otomatis.


Menjadi salah satu negara di Asia yang memiliki riwayat masyarakat paling banyak terkena covid-19, uang digital jauh lebih aman digunakan. Wabah covid-19 menyadarkan kita semua bahwa uang tunai dapat membawa penyakit. Sedangkan, uang digital hampir bebas risiko hanya karna tidak berwujud. Saat ini, WHO juga mendorong kita untuk memilih pembayaran digital untuk memperlambat penyebaran virus corona.


Namun, dari segala kelebihan dan aspek positifnya, cashless society juga pasti ada kekurangannya yang menjadi tantangan sendiri untuk Indonesia perbaiki. Ketergantungan pada teknologi digital berarti pengguna diharuskan memiliki smartphone. Selain itu, sebagian besar metode pembayaran ditautkan ke saldo kartu kredit dan masih banyak jutaan orang Indonesia yang kesulitan mengakses alat keuangan ini.


Cashless society juga bisa menciptakan masalah privasi karna transaksi digital yang mudah dilacak, yang mengakibatkan terjadinya aktivitas penipuan, pencurian identitas, serta pembobolan data. Pada saat yang sama, ada juga masalah privasi yang datang dengan setiap transaksi yang memiliki digital. 


Akhirnya, jika uang tunai tidak digunakan, orang-orang yang tidak memiliki rekening bank akan merasa terpinggirkan. Orang-orang seperti ini masih banyak di Indonesia, khususnya daerah-daerah yang memiliki koneksi internet yang buruk, mereka mungkin juga tidak mampu membeli layanan perbankan serta perangkat elektronik. Hal ini bisa berakibat menjadi masalah sosial dan membuat masyarakat menjadi konsumtif.

Kesimpulannya, setelah menganalisis semua aspek, banyak yang harus diperbaiki oleh Indonesia. Ini juga menjadi tantangan tersendiri untuk Indonesia saat ini dan masa depan. Transisi penggunaan cashless society juga harus bertahap, jadi tidak ada salahnya jika cashless society dipromosikan secara luas dan mencoba mengatasi kekurangannya. (Humas MA Yapis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]