Post Page Advertisement [Top]

ArtikelHumaskegiatanKesiswaan

MENELADANI ROSULULLAH DI SEGALA BIDANG KEHIDUPAN: REFLEKSI MAULID NABI MUHAMMAD SAW 1443 H

 


Maulid Nabi Muhammad, kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arabمولد النبي‎Mawlid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.


Menurut keterangan dari al-Maqrizy dalam kitabnya yang berjudul al Khathat, perayaan Maulid dimulai ketika zaman Daulah Fatimiyah syiah di Mesir. Mereka membuat banyak acara perayaan Maulid, seperti Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Maulid 'Ali bin Abi Thalib, maulid Fatimah binti 'Ali, hingga maulid Hasan bin 'Ali dan Husain bin 'Ali. Bani Fatimiyah ini berkuasa sekitar abad 4 H.[2] Hal inilah yang menyebabkan kalangan Ulama seperti Tajuddin al Fakihani dan as Sakhawi, murid Imam Nawawi, berfatwa bahwa perayaan Maulid adalah bid'ah tercela[3]


Sedangkan menurut sumber lain Maulid dikembangkan oleh Abul al-Abbas al-Azafi[4]

Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.

Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,

صَلَاحِ الدِّينِ الَّذِي فَتَحَ مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ عَنْهَا دَعْوَةَ العبيديين مِنْ الْقَرَامِطَةِ الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ

Artinya:

Sholahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam di kala itu.[5]

Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,

فَتَحَهَا مُلُوكُ السُّنَّة مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ فِيهَا كَلِمَةُ السُّنَّةِ الْمُخَالِفَةُ لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ بِهَا وَيَظْهَرُ

Artinya:

Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.[6]


Sumber lain mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah. Berikut perkataan ahli sejarah mengenai Maulid Nabi.

Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah az-Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.”[7]


Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.[8]


Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustaz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).[9]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Mawlid in Africa"Muhammad (pbuh) – Prophet of Islam. Diakses tanggal 2016-02-02.
  2. ^ Katz (2007), hlm. 67
  3. ^ al Fakihani, Tajuddin. "Risalah al-Maurid fi Hukmi al-Maulid, hlm. 1; al-Maurid ar-Rawi fi al-Maulid an-Nabawi"Maulid menurut 4 Mazhab. Diakses tanggal 23 September 2020.
  4. ^ "Mawlid"Encyclopedia of Islam, Second Edition. BrillOnline Reference Works.
  5. ^ Majmu’ Al Fatawa, 35/138
  6. ^ Majmu’ Al Fatawa, 3/281
  7. ^ Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146
  8. ^ Ahsanul Kalam, hal. 44
  9. ^ Dinukil dari Al Maulid, hal. 20




Sekilas nukilan tulisan dari Wikipedia di atas, dapat sedikit menjadi wacana keilmuan di tengah terpolarisasinya umat Islam dewasa ini dalam menyikapi perayaan Maulid Nabi Muhamad SAW. Kelompok mainstrean di Indonesia melakukan kegiatan perayaan Maulid sebagai bentuk penghormatan dan wahana mengenang perjuangan Rosul panutan umat Islam. Kelompok ini sering kali menganggap Maulid suatu kewajiban atau tradisi yang harus dilakukan oleh umat Islam. Tidak sedikit dari kelompok ini melakukan alkulturasi budaya dalam perayaan Maulid, untuk beberapa daerah misalnya keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta diadakan grebek maulid. Sebagian kelompok memberikan pendapat bahwa perayaan Maulid Nabi sebagai kegiatan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi, sehingga kelompok ini menganggapnya sebagai bid'ah. Dan kelompok pertengahan menjadikan kegiatan Maulid Nabi sabagai bentuk perluasan dakwah untuk menyampaikan ajaran Rosul.


Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah, Tanjung Priok Jakarta Utara merupakan institusi pendidikan yang bersifat netral dari afiliansi aliran atau politik. Kegiatan pada madrasah ini berbasis pada kajian keilmuan dan pencerahan wawasan yang berorientasi pada kebenaran. Oleh karenanya, peringatan Maulid Nabi dijadikan sebagai suatu kajian makna kelahiran Nabi, perjalanan kehidupan dan kegiatan pra kenabian, proses kenabian dan aktifitas pasca kenabian.


Kegiatan peringatan Maulid diisi dengan pembacaan sejarah Nabi dalam kitab Maulid Al Barzanji - Al Imam Ja'far ibn Hasan Al Barzanji. Maksud dan tujuan dibacakannya kitab ini agar seluruh siswa MA YAPIS Al-Oesmaniyyah dapat mengetahui sejarah Nabi versi kitab Maulid Al Barzanji sebagai kasanah keilmuan. Kegiatan pembacaan sejarah Nabi juga diikuti dengan pentas kreatif Hadroh MA YAPIS yang sudah lama vakum dari pentas akibat pandemi Covid-19.




Acara inti dari rangkaian kegiatan ini diisi dengan tausiyah Maulid yang disampaikan Ustadz Dr. (cdt) Qudsi, M.Pd.I, yang juga pendidik di MA YAPIS Al-Oesmaniyyah. Nasehat dan wejangan disampaikan dengan semangat dan penuh hikmah-hikmah yang tentunya sangat bermanfaat untuk semua umat Islam khususnya siswa-siswi MA YAPIS Al-Oesmaniyyah. (Humas MA Yapis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]