Jakarta, 12 Oktober 2021
Tiga Serangkai dalam konsepsi perjuangan Bangsa Indonesia adalah perjuangan tiga sahabat yang menginginkan kesadaran Bangsa Indonesia untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Tokoh Kebangkitan Nasional atau dikenal dengan Tiga Serangkai adalah dr. Tjipto Mangunkusumo, dr. Douwes Dekker dan Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketiga tokoh tersebut yang melahirkan organisasi Boedi Oetomo atau peringatan Harkitnas (Hari Kebangkitan Nasional).
Latar belakang terbentuknya Harkitnas yaitu kondisi dimana bangsa Indonesia yang sedang dijajah oleh Belanda, hidup dalam penderitaan dan kebodohan. Kondisi tersebut merupakan pengaruh sistem kolonialisme yang berusaha membodohi dan membodohkan bangsa jajahannya. Sistem pendidikan yang rendah serta tertutupnya informasi dunia luar menjadi salah satu penyebabnya.
Nah para sahabat Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah, kali ini setelah kita mengenal tokoh tiga serangkai versi perjuangan Bangsa Indonesia, kita akan menelusuri jejak-jejak "Tiga Serangkai MA YAPIS". Ada kesamaan spirit antara Tiga Serangkai Pejuang Bangsa Indonesia dengan "Tiga Serangkai MA YAPIS" yang bersama-sama berjuang untuk mendapatkan hak-hak pendidikannya sebagai warga negara Indonesia.
Tiga Serangkai Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah yaitu Prayogi Mujahidin Akbar dikenal dengan sebutan Yogi, Heri Purwanda, orang sering memanggil Heri dan Agung Wibowo yang sering disebut Agung. Ketiga sahabat yang disatukan oleh keadaan dan cita-cita ini saling menguatkan dalam usaha untuk mendapatkan hak-hak pendidikan yaitu melanjutkan pendidikan selepas dari Madrasah untuk kuliah sebagai lanjutan pendidikan yang lebih tinggi.
Keadaan ekonomi yang tidak mendukung melanjutkan kuliah dan kondisi lingkungan baik keluarga maupun lingkungan sekitar rumah tidak memberikan dukunga emosinal maupun moril untuk suatu keputusan melanjutkan kuliah. Perjuangan Tiga Serangkai MA YAPIS dimulai dari berjihad untuk membunuh rasa malas dan penyakit menahun yaitu tidak percaya diri.
Bimbingan dan kekangan dari seluruh para pendidik Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah terkhusus Bapak Ali Helmi, S.T dan Bapak Basuki, S.Si selaku Wali Kelas XII begitu berdampak pada perubahan eksternal dari Tiga Serangkai MA YAPIS. Penyakit-penyakit yang berada dalam jiwa kemalasan ketiga shabat itu sedikit demi sedikit dapat mereka atasi. Ditambah lagi program Madrasah yang mengedepankan enterpreneur skill memberikan semangat baru, dan kepercayaan diri yang begitu hebat.
Program kerjasama Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah dengan Bimbingan Belajar Sigma juga memberikan andil positif bagi Tiga Serangkai MA YAPIS. Suasana pembelajaran yang di dapat di Bimbel memberikan polesan akademik baik secara kualitas maupun kuantitas pertemuan dengan teman-teman yang berasal dari sekolah lain.
Yogi sebagai personel Tiga Serangkai MA YAPIS yang tertua harus berjuang melawan komunitas terdahulunya. Komunitas yang setiap pagi, siang, sore, malam dan ketemu pagi lagi hanya bergulat dengan monitor PS di warnet, tak lagi peduli dengan tugas belajarnya. Hingga akhirnya Pak Helmi dan Pak Basuki mendatangi kontrakan daerah Sungai Bambu, untuk menyampaikan peringatan terakhirnya, apakah masih lanjut sekolah atau dipulangkan ke orang tuannya. Pergolakan batin terjadi pada diri Yogi, yang akhirnya mengambil suatu keputusan yang monumental untuk tetap melanjutkan sekolah. Namun oleh Pak Basuki boleh lanjut sekolah namun harus tinggal di Bimbel Sigma guna memutus rantai ketagihan PSnya. Alhamdulillah sampai tulisan ini Yogi tercatat di Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Pendidikan dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah dengan beasiswa KJMU tanpa lagi bergantung biaya dari orang tua lagi.
Kisah Heri lebih indah dibanding Yogi. Walaupun dibayangi oleh permasalahan kedua orang tuanya, Heri masih tumbuh menjadi remaja yang lebih dekat dengan Masjid. Kajian kitab, hadroh dan kegiatan remaja masjid lainnya tetap dilakukan walaupun belum ada visi yang jelas. Heri juga aktif di organisasi kepemudaan di lingkungan Warakas, bahkan Heri terpilih menjadi Ketua OSIS MA YAPIS. Kendala keuangan juga masih menjadi masalah klasik siswa MA YAPIS termasuk Heri. Keinginan Bapaknya untuk masuk ke korp Kepolisian harus kandas karena keterbatasan pengetahuan test masuk dan pembiayaan lainnya. Beruntung Heri diterima di Jurusan Tadris Bahasa Indonesia UIN Raden Mas Syahid Surakarta lewat jalur Prestasi SPAN PTKIN. Alhamdulillah walaupun usahanya untuk mendapatkan KJMU belum berhasil semangat Heri untuk menimba ilmu di UIN Surakarta tidaklah surut, walupun harus bekerja sampingan di sela-sela kuliah yang masih dilaksanakan secara daring.
Cerita Agung tidak jauh dari Heri. Kondisi keluarga yang tidak mendukung dalam pengembangan studi lanjut ke PTN menjadi tekanan hebat buat Agung. Beruntung Agung dibimbing lansung oleh Bapak Helmi dan Pak Basuki, dengan kesepakatan Agung tinggal di Bimbel Sigma bersama Yogi dan Heri. Keputusan ini diambil agar Agung dapat belajar dari siswa-siswa Bimbel Sigma yang semuanya mempunyai orientasi untuk kuliah. Selain itu Agung harus menjadi bagian dari Madrasah Aliyah YAPIS di bagian kebersihan. Di sore hari selepas melakukan kegiatan di Sigma Agung bersih-bersih Kantor MA YAPIS sebagai tugas tambahan yang dibebankan oleh Bapak Basuki. Agung sempat kehilangan semangat waktu pengumuman SPAN PTKIN namanya tidak termasuk yang lolos. Namun janji Allah tidaklah teringkari. Kesungguhan Agung akhirnya terbayar lunas sewaktu mengikuti test mandiri online di UIN Surakarta, nama Agung termasuk yang lolos di Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Kisah Tiga Serangkai MA YAPIS Al-Oesmaniyyah, Yogi, Heri, Agung adalah kisah heroik dari masyarakat urban dengan segala permasalahannya, baik kebodohan, kemiskinan, keterhalangan dari dunia informasi, teknologi dan tekanan kehidupan pragmatis dan hedonis. Kisah yang memberikan spirit pada siswa MA YAPIS Al-Oesmaniyyah pada khususnya dan umat Islam pada umumnya, untuk tetap semangat dalam berbagai kondisi. Tetaplah berpikir masa depan dengan pendidikan, tetaplah berusaha meskipun sekarang kita di tepi jurang dalam hutan yang lebat, secara akal logika tidak ada lagi kesempatan untuk tetap survive, namun Allah bersama kita.
Yogi, Heri, Agung, Tiga serangkai MA YAPIS berhasil membuktikan pada dunia bahwa pendiikan itu hak semua orang, siapa yang sunggu-sungguh pasti dia bisa, man jadda wa jada. Ketiganya kini masih setia dengan Bimbel Sigma di divisi usaha kulinier khas solo. Ada soto ayam, soto daging, sop daging, sop ayam, sop kaki, sop iga, tengkleng. Semua kegiatan itu dilakukan disela-sela kuliah daring. Tetaplah menjadi pribadi yang berkepribadian, itu pesan Pak Bas kepada Tiga Serangkai MA YAPIS. Mengeluarkan gerobak, menungguin gerobak, melayani pelanggan, cuci piring dan mangkok hanya bagian dari proses pendewasaan yang Allah takdirkan. Semuanya tidaklah mengurangi kehormatan seseorang karena sejatinya kehormatan seorang hanyalah dibedakan oleh keimanan dan ketaqwaanya. (Humas MA Yapis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar