MADRASAH BERKARAKTER: MADRASAH ALIYAH YAPIS MEMBANGUN KARAKTER DAN INTEGRITAS PESERTA DIDIK
Jakarta, 07 Juni 202
Keberhasilan pendidikan Indonesia secara makro sangat ditentukan oleh jutaan institusi mikro yang bernama sekolah. Rangkaian jutaan sekolah itulah yang akan menentukan bangunan kualitas pendidikan di negara tercinta ini. Singkatnya, apabila mikro sekolah tersebut unggul, dapat dipastikan kualitas pendidikannya, bahkan sumber daya manusia, akan terdongkrak menjadi unggul pula.
Selama ini, tidak jarang sekolah yang mengklaim dirinya sebagai sekolah unggulan. Beragam upaya dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, di antaranya melakukan sertifikasi ISO, menaikkan status sekolah menjadi SBI (Sekolah Berstandar Internasional), menyekolahkan tenaga pengajar ke jenjang magister (S2), dan lainnya. Bahkan, berdalih sebagai sekolah unggulan, siswa yang disaring pun hanya siswa yang memiliki kualifikasi akademik tinggi. Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa pembangunan sekolah berkualitas juga dibutuhkan budaya sekolah yang berkualitas serta mantabnya karakter sekolah menuju peningkatan kualitas pendidikan yang berkelanjutan.
Pembangunan karakter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keunggulan madrasah di bidang pengetahuan. Ranah sikap dan dimensi spiritual yang menjadikan landasan utama dalam membentuk dan membangun karakter menuju peradaban yang bermartabat. Madrasah dituntut dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang mempunyai jiwa dan sikap pejuang, bukan sikap koruptif, disdruktif yang berujung kepada kehancuran moral bangsa.
Pada hakikatnya, pendidikan karakter diharapkan dapat membentuk manusia secara utuh ( holistik ) yang berkarakter selain untuk membentuk pembelajar sepanjang hayat, yang sejatinya akan mampu mengembangkan semua potensi peserta didik secara seimbang (spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan jasmani) dan juga secara optimal . Hal ini menjawab pendapat yang selama ini mengemuka bahwa pendidikan hanya memberi penekanan dan berorientasi pada “aspek akademik” saja dan tidak mengembangkan aspek sosial, emosi, kreativitas, dan bahkan motorik. Peserta didik hanya dilatih untuk dapat nilai bagus, namun mereka tidak khawatir untuk bisa hidup.
Ketika umat Islam masih berfikir *ASHOBIYAH* dan memikirkan perbedaan yang sebetulnya tidak perlu dibedakan karena masalah pemahaman teks dan tafsir yang berbeda dari guru-guru yang berbeda pula di kalangan umat Islam. Maka kelak ketika umat Islam semakin tertinggal pendidikannya, maka umat Islam akan semakin jauh ketertinggalannya dalam penguasaan dalam segala bidang. (Humas MA YAPIS Al-Oesmaniyyah)
*PESAN MBAH NO, TERUSKANLAH PERMUSUHAN, DAN ABAIKAN PENDIDIKAN MAKA GENERASI ISLAM AKAN TERGERUS ZAMAN KARENA DIWARISI PERMUSUHAN BUKAN PERSAUDARAAN*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar