Jakarta, 02 Mei 2024
Pendidikan adalah sarana yang mencetak generasi penerus bangsa untuk menjadi manusia-manusia berkualitas. Tak dapat dipungkiri pendidikan merupakan ujung tombak dalam memajukan kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan tercipta karena adanya kebutuhan untuk meningkatkan taraf kualitas hidup dan membentuk kepribadian manusia yang bermoral.
Menurut ilmuwan Prof. H . Mahmud Yunus, “Pendidikan adalah suatu usaha dengan secara sengaja mempengaruhi dan membantu anak-anak yang bertujuan meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak, sehingga secara perlahan bisa mengantarkan mereka kepada tujuan dan cita-cita, supaya memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.”
Adanya pendidikan diharapkan anak-anak bangsa mendapatkan keahlian di bidang yang diminati dan kepribadian yang bermoral. Sehingga keduanya seimbang dimiliki oleh generasi penerus bangsa untuk menyelesaikan segala permasalahan di masyarakat.Riset yang dilakukan Haruka Evolusi Digital Utama (HarukaEDU) di 2018 menyebutkan, 79 persen lulusan SMA/SMK yang sudah bekerja tertarik untuk melanjutkan kuliah lagi. Namun 66 persen responden di antaranya urung kuliah karena mengaku terkendala biaya.
CEO HarukaEDU, Novistiar Rustandi mengungkapkan, tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap dunia pendidikan tergolong masih rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah siswa di Indonesia yang melanjutkan ke perguruan tinggi meningkat setiap tahunnya, yakni pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 1,08 juta mahasiswa baru dan di tahun 2014/2015 mencapai 1,45 juta mahasiswa baru.Tidak dapat dipungkiri, biaya sekolah di indonesia masih tergolong mahal, berdasarkan survei yang ada kebanyakan dari mereka enggan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di karenakan latarbelakangi masalah biaya.
Belum lagi kondisi ekonomi masyarakat indonesia yang tergolong rendah. Banyak faktor yang menjadi penyebab mahal nya biaya pendidikan di indonesia sehingga masyarakat tidak dapat menjangkau nya.Salah satu nya adalah pemberian hak otonomi dari pemerintah kepada komite sekolah atau pihak swasta untuk menangani pendanaan, sehingga seringkali terjadi penyalahgunaan. Banyak yang menjadikan sekolah sebagai ajang bisnis untuk meraup keuntungan yang akhirnya biaya sekolah melonjak tinggi setiap tahunnya.Alhasil, masyarakat tidak memperoleh haknya untuk mendapatkan layanan pendidikan yang layak. Sehingga menjadi penyebab rendahnya SDM di indonesia.
Budaya kapitalis telah merambah dunia pendidikan. Dunia pendidikan tidak luput dari kekejaman kapitalisme yang cenderung hanya bicara uang dan keuntungan materil. Pendidikan dikuasai oleh pemilik uang, orang kaya menjadi kelompok elit dalam dunia pendidikan. Sementara kelompok miskin menjadi kelompok termarginalkan yang hanya menjadi penonton. Budaya yang muncul dalam pendidikan adalah budaya yang cenderung mengajarkan sikap hedonism, materialism, pragmatism dan budaya serba instan.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan sistem Islam. Dalam pandangan Islam pendidikan di anggap sebagai kebutuhan pokok dan asasi manusia serta merupakan hak setiap warga negara. Dimana negara bertanggung jawab penuh untuk menyediakan akses pendidikan secara gratis untuk semua kalangan.
Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah mengambil peran penting dari pelayanan seluruh eleman terkait, baik peserta didik, pendidik, tenaga pendidik, pengelola, yayasan atau siapun pihak yang mempunyai keberpihakan terhadap pentingnya pendidikan umat. Pun demikian Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah sebagai institusi pendidikan Islam selayaknya menjadi pioner atau menjadi model Pendidikan Islam yang ideal.
Sebagai informasi tambahan, Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyah merupakan lembaga pendidikan formal setara dengan Sekolah Menengah Atas, berada di bawah naungan Yayasan Pesantren Islam (YAPIS) Al-Oesmaniyah yang didirikan oleh Almarhum Prof. Oesmani Al-Hamidy, M.A. Melalui Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyah beliau berusaha menjawab tantangan zaman, dengan mengembangkan pendidikan yang memadukan kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang berbasis kepada kurikulum Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan dan Kepesantrenan.
Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah merupakan model intitusi pendidikan yang mencoba menerapkan Manejemen Pengelolaan Pendidikan Berbasis Biaya Murah (Low Cost Based Management). Pengembangan sekolah yang berwawasan populis, pengembangan pendidikan dalam upaya mendekatkan sekolah sebagai pusat pengembangan masyarakat (Center for Community Development).
Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah diharapkan memberikan nuansa kontradiktif dengan kapitalisasi pendidikan. Madrasah harus terus memberikan ruang dan kesempatan bagi siapapun untuk dapat mengembangkan potensi pribadi untuk maju, tanpa melihat status dan strata sosial. Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah harus mempunyai keberpihakan pada masyarakat miskin kota yang selama ini hanya sebagai obyek politik kapitalis yang selalu termarginalkan.
Negara juga bertanggung jawab untuk mengatur segala aspek yang berkaitan dengan pendidikan mulai dari gaji guru, akreditasi, kurikukum, metode pembelajaran, tidak hanya itu negara juga yang memfasilitasi agar dapat memudahkan masyarakat memperoleh akses pendidikan dengan mudah dan gratis guna meningkatkan martabat rakyat serta mewujudkan kemajuan material dan moral.(Humas MA YAPIS Al-Oesmaniyyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar